Cerita Dari Seseorang : Teater Oksigen - Seni Pertunjukan Drama
Salam, Jadi Kemarin di bulan April saya mendapat sebuah informasi dari orang ini, dia seorang gadis. Dia mengirimkan sebuth poster ada acara pementasan drama, Teater Oksigen yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Jember.
Awalnya saya tidak tertarik ingin tahu lebih banyak tapi berpikir lagi ini sepertinya akan seru. Saya mengatakan kepada gadis ini untuk menulis hasil pengamatan tentang teater itu. Jadi ya saya suruh tulis dalam 500 kata lebih dan dia membuatnya malah lebih, itu bagus dan saya harus berterima kasih banyak kepadanya. hehe...
Jadi ini isi cerita yang dia sampaikan dalam ketikannya
REVIEW / STORY/ PEMENTASAN TEATER OKSIGEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat malam jumat kepada pembaca yang saya sayangi.
Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah SWT.
Malam jumat yang cukup dingin ini, ditemani sebotol susu
dan motor Beat biru yang saya punya,
saya pergi menonton teater yang diselenggarakan oleh mahasiswa UKM Teater
Oksigen Universitas Muhammadyah. Nama acara pementasaan ini yaitu ‘Aplikasi’ yang di selenggarakan oleh
anggota baru angkatan ke … (kurang tahu), tapi yang pasti angkatan 2020
mahasiswa baru. Wow, keren bukan ? dengan suasana pandemi ini, bisa
menyelenggarakan acara offline dengan free
HTM.
Suasana pementasan teater ini, seperti tema yang diangkat
yaitu “Culture Van Java” bernuansa Jawa. Terdapat 3 pementasan yang
cukup luar biasa, yaitu Opening, penayangan film bergenre horror, dan
pementasan teater.
Opening di visualisasikan oleh 2 lakon, laki-laki dan
perempuan dengan olah tubuh yang cukup bagus, bermain dengan kuas dan kanvas,
lakon laki-laki mencoret kanvas putih dengan cat berwarna hitam yang terlihat
tampak kontras, menggerakkan badan dan tangan tanpa kuas, hanya dengan tangan
telanjang, di sertai backsound yang
sesuai dengan tingkat emosi gerak, dan disertai juga dengan pencahayaan
berwarna merah.
Tokoh laki-laki itu mencoret tampak seperti karya
abstrak. Coretan yang mulai penuh pun di akhiri dengan suara teriakan oleh
tokoh itu, dengan emosi dan backsound yang sesuai, lalu boom! ruangan dan area pentas gelap. Backsound berganti dengan suara sinden perempuan di area pentas dan
diiringi musik
gamelan dari sound man yang ada di
area center penonton yang membuat
pendengar merasa teralihkan yang sebelumnya sempat tidak kondusif. Tokoh wanita
itu duduk pada pusat area pentas dengan sorot cahaya merah berada di tengah menerangi wanita itu.
Bernyayi dengan suara sinden yang membuat saya kagum dengan olah suara yang
terkontrol, mengalun indah, dan membuat merinding, namun, saya kurang paham isi
dari lirik itu.
Penayangan film bergenre horror dengan judul ‘Tanpa Rupa’,
cukup berkesan. Di awal film, ditampilkan nenek bungkuk berkebaya sedang
membuka jendela dengan backsound
nyanyian jawa, dan nenek itu tampak mondar-mandir di kamera. Pada scene
selanjutnya, Ada sekolompok lelaki, salah satunya mengajak untuk vlog di kuburan, kemudian lanjut ke
rumah angker tak berpenghuni. Lelaki lain ada yang takut dan tidak ingin ikut,
namun, terhasut untuk ikut.
Di rumah angker itu, pintunya terkunci, kemudian mereka
memasuki rumah itu lewat jendela. Dalam rumah itu, menurut cerita yang beredar,
memang banyak warga yang resah karena kelakuan hantu yang membuat kaget dan
sering ingin berinteraksi dengan manusia, warga ber inisiatif untuk menaruh
sesajen di dalam rumah itu agar tidak meresahkan warga. Sekelompok lelaki itu
masuk dan si pembawa acara di vlog
itu dengan karakter yang paling pemberani dari yang lainnya, dengan gayanya
yang jumawa, memakan sesajen itu dan meremehkan budaya itu dan
berkata hanya mitos dan bualan saja.
Kemudian pada scene selanjutnya, menampilkan tokoh yang jumawa tadi yang telah kerasukan, temannya berusaha menyadarkannya, namun nihil,
tokoh yang kesurupan lari ke arah pintu yang sedikit terbuka, dan dikejar oleh taman
temannya yang lain, namun disitu ada penampakan pocong yang berdiri tidak jauh
dari tokoh yang kesurupan itu. Kemudian, semuanya berteriak, tokoh yang membawa
kamera dan yang lainnya, lari meninggalkan rumah itu dan meninggalkan temannya
yang kesurupan bersama pocong tadi dalam ruangan gelap di ujung rumah itu. Suasana sepi di daerah itu, dengan
teriakan dan suara lari yang kencang oleh sekelompok lelaki, tiba-tiba, tokoh yang membawa kamera bertabrakan dengan
nenek bungkuk. Kemudian, lelaki meminta tolong pada nenek bungkuk, dan nenek itu mempersilahkan para lelaki unutk mengikutinya dan singgah di dalam rumahnya.
Pada layar, tidak menampakkan wajah nenek itu, hanya
tubuh bagian bawahnya saja yang terlihat oleh kamera yang direcord oleh tokoh.
Sampailah di rumah nenek, nenek duduk di kursi goyang dan lelaki yang duduk
melingkar pada kursi kayu biasa. Nenek mengatakan .. (kurang jelas, karena audiens nya tidak
kondusif), yang saya tangkap, nenek mencoba menjelaskan bahwa temannya itu
sudah menjadi tumbal dan tidak akan pernah kembali, nenek pun tertawa
kegirangan khas nenek-nenek, dan para lelaki ada yang menangis histeris. Kemudian,
dip to black, adegan akhir dalam
cerita, menampilkan tokoh yang penakut tadi bangun dari tidur nya, sehinga sebagian penonton ada yang reflek berteriak “anjir
mimpi”, tokoh lain itu, datang ke kamar si penakut “ayo kita pulang dan cari si tokoh kesurupan nanti” tokoh penakut
yang bangun tidur berkata “benarkah ini?”.
Saya berkesimpulan Tanpa Rupa = Sebatas mimpi yang nyata
(budaya, mitos, bagai mimpi, terkadang itu nyata) tapi film ini hanya fiktif belaka.
===
Pementasan teater, cerita dari teater ini yaitu ada sepasang suami isteri yang sedang melahirkan anak
laki-laki pertamanya, suami isteri ini berdebat mau menindik anak laki-lakinya
atau tidak. Sang isteri ingin menindik anaknya, karena itu sudah menjadi budaya
yang kental dan jika tidak ditindik, anaknya akan membawa sial dan tidak
selamat. Tetapi sang suami tidak percaya akan hal itu, dan bersikukuh bahkan
membentak isterinya untuk tidak menindik anaknya karena suaminya itu ingin anak nya menjadi seorang jendral. Dan
jendral, tidak boleh bertindik.
Anak itu tumbuh menjadi remaja yang tidak punya teman,
dan selalu di bully oleh ketiga tokoh
temannya itu. Teman-temannya bergosip, jika berteman dengan anak tak bertindik
itu, selalu membawa sial, seperti
sandalnya hilang sewaktu dia main disungai, dan sebagainya.
Anak tak bertindik dengan karakter culun itu sedih dengan lagak kekanak-kanakannya
dan gaya bahasa anak jember (pandalungan) yang kental sekali, sedih dan
menangis lalu sang ayah bertanya, mengapa anaknya sampai sedih. Si anak cerita kalau dia tidak ditemani oleh teman
emannya, dan dia membenci dirinya sendiri. Sang ayah menghibur anaknya dengan
khas bapak bapak jawa, dan berkata harus menjadi anak pintar agar bisa menjadi
jendral, lalu akan menjadi banyak teman dan semua orang akan patuh padanya.
Anaknya menyetujui ucapan sang ayah. Ayah memberi si anak
uang untuk membeli apa saja yang ia butuhkan. Dengan banyak uang, si anak
menguping pembicaraan teman tamannya yang hendak membeli PS, tetapi uangnya kurang, lalu bernegosiasilah si anak
dengan teman-temannya, dia akan membelikan temannya ps, tetapi memperbolehkan
ikut bermain bersama. Teman-temannya pun membuat rencana untuk memanfaatkan si
cupu itu dan mengkhianatinya.
Rencana berjalan sesuai rencana, namun, tanpa di duga
rampok ternyata sedang memperhatikan dari jauh, kalau sekelompok remaja itu
sedang banyak uang. Teman-temannya di todong senjata dan meminta uang, tetapi
teman temannya menunjuk si cupu yang banyak uang, dan perampok itu mengganti
sasaran dan mengancam si cupu dengan senjata tajamnya. Tiba-tiba ayahnya datang
dan si cupu mengadu ke ayahnya kalau dia sedang dimintai uang oleh orang yang tidak dikenal,
si Ayah pun baku hantam dengan perampok itu lalu, perampok yang memegang kendali perkelahian dengan lihainya, dengan
senjata yang menuju ke arah si Ayah. Namun dengan kejadian yang begitu cepat, si anak yang hendak menolong ayahnya, malah tertusuk. Dan si anak mati di tempat
dengan si ayah dan ibu yang sedih dan menangis histeris.
Pementasan teater ini, saya tulis tanpa penggambaran
suasana yang detail, namun, pementasan dengan cerita ftv (kata audiens disana),
sangat kuat dalam karakter yang dibawa nya. Penonton jauh lebih kondusif dari sebelumnya
dan saya perhatikan. Banyak yang terhanyut dan memperhatikan, dan memberikan respon yang jauh
lebih positif dari penampilan sebelumnya.
Keselurahan dalam pementasan teater ini, sudah cukup
baik, dan memberikan inspirasi, serta memberi saya bahan untuk evaluasi dalam
membuat acara pertunjukan teater.
Oh, dan satu lagi, blocking dalam pementasan ini apik
sekali.
Saya rasa cukup sekian, terikamasih yang sudah membaca,
saya pamit, dan nantikan cerita saya selanjutnya, selebihnya mohon maaf,
Wassalamualaikum wr.wb.
Salam dari makhluk bumi.
Posting Komentar untuk "Cerita Dari Seseorang : Teater Oksigen - Seni Pertunjukan Drama"